Pteridophyta berasal dari bahasa Yunani.
Pteridophyta diambil dari kata pteron yang berarti sayap, bulu dan phyta yang
berarti tumbuhan.
Tumbuhan paku ini bisa ditemukan hidup di tempat yang lembab (higrofit), hidup di air (hidrofit) maupun menempel pada pohon lainnya (epifit).
Pteridophyta tidak dapat menghasilkan biji dalam proses seksualnya, melainkan mereka juga akan melepaskan spora sebagai alat penyebarluasan atau perkembangbiakannya.
Pteridophyta merupakan tumbuhan paku yang menghasilkan spora dan
umumnya mempunyai susunan daun yang membentuk bangun sayap serta pada bagian
pucuk tumbuhan itu terdapat bulu-bulu.
Tumbuhan paku ini bisa ditemukan hidup di tempat yang lembab (higrofit), hidup di air (hidrofit) maupun menempel pada pohon lainnya (epifit).
Pteridophyta tidak dapat menghasilkan biji dalam proses seksualnya, melainkan mereka juga akan melepaskan spora sebagai alat penyebarluasan atau perkembangbiakannya.
Ciri-Ciri Umum
- Termasuk tumbuhan kormus berspora yang artinya dapat dibedakan antara akar, batang dan daun.
- Bersifat autrotrof
- Bersama dengan kelompok tumbuhan berbunga dikelompokkan menjadi Tracheophyta.
Menghasilkan spora homosopora (bentuk
dan ukuran spora sama) dan heterospora (bentuk dan ukuran spora tidak sama).
- Sayap daun(menyirip) dan pada bagian pucuk terdapat bulu-bulu. Daun mudanya membentuk gulungan atau melingkar.
- Terdapat pergiliran keturunan antara generasi gametofit dan sporofit. Generasi sporofit hidup dominan, generasi gametofit berukuran kecil (diameter + 1 cm) dan disebut protalium yang menghasilkan sel telur dalam arkegonium dan anterozoid dalam anteridium.
Morfologi
Struktur Pteridophyta (Sumber:
malekbio.blogspot.com)
Batangnya
bercabang-cabang, ada yang berkayu serta mempunyai tinggi hampir 2 meter. Sudah
memiliki urat-urat daun, ada juga yang tidak berdaun atau daun serupa sisik.
Rhizoidnya sudah berkembang menjadi bentuk akar yang sebenarnya. Sudah memiliki
berkas pembuluh (xylem dan floem) dengan tipe radial atau konsentris.
Bentuk
daun pada tumbuhan paku muda dan dewasa berbeda. Pada tumbuhan paku muda daun
akan menggulung, sedangkan pada tumbuhan paku dewasa daunnya dapat dibedakan
menjadi :
- Trofofil : Daun khusus untuk fotosintesis dan tidak mengandung spora.
- Sporofil : Daun penghasil spora.
- Trofosporofil : Dalam satu tangkai daun, anak-anak daun ada yang menghasilkan spora dan ada yang tidak ada spora.
Spora
pada tumbuhan paku dihasilkan oleh sporangium. Sporangium pada tumbuhan paku
bermacam-macam, antara lain adalah sebagai berikut :
- Sorus : Sporangia dalam kotak sporangia terbuka atau berpenutup (insidium). Letak sori pada setiap bangsa tumbuhan paku berbeda.
- Strobilus : Sporangia membentuk suatu karangan bangun kerucut bersama sporofilnya.
- Sporokarpium : Sporangia dibungkus oleh daun buah (karpelum).
Habitat
Tumbuhan
paku ada yang hidup sebagai saprofit dan ada pula yang epifit. Paku menyukai
tempat lembab (higrofit), daerah tumbuhnya mulai dari pantai (paku laut) sampai
sekitar kawah-kawah (paku kawah).
Reproduksi
Tumbuhan
paku pada umumnya mempunyai daur hidup dengan perselangan dua generasi :
- Generasi
Aseksual.
Generasi ini menghasilkan spora yang tersimpan dalam kotak spora (sorus). Generasi aseksual ini disebut generasi sporofit
- Generasi
Seksual.Tumbuhan paku ini tergolong gametofit yang berasal dari sporofit,
sehingga gametofit ini bersifat haploid. Gametofit ini akan membentuk
gamet jantan (anterozoid) dan gamet betina (sel telur). Generasi seksual
ini disebut generasi gametofit.
Siklus Hidup
Siklus hidup tumbuhan paku (Sumber :
amongguru.com)
Mari kita simak video berikut!!
KLASIFIKASI
Tumbuhan paku (Pteridophyta) dapat
digolongkan berdasarkan spora dan morfologi. Berikut penjelasan dari
masing-masing jenis tumbuhan paku.
Tumbuhan paku berdasarkan jenis spora, yaitu dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu:
- Paku
homospora
Paku homospora merupakan jenis tumbuhan paku yang hanya dapat menghasilkan satu jenis spora saja. Misalnya yaitu paku kawat, dan suplir. - Paku
heterospora
Jenis paku heterospora merupakan jenis tumbuhan paku yang menghasilkan dua jenis spora yang berbeda. Misalnya yaitu paku rane dan semanggi. - Paku
peralihan
Paku peralihan merupakan jenis yang ketiga dimana jenis ini menghasilkan spora dengan jenis dan ukuran yang sama, namun jenis kelaminnya berbeda. Jenis tumbuhan paku ini yaitu peralihan dari tumbuhan paku homospora dan heterospora. Misalnya adalah paku ekor kuda.
Tumbuhan paku berdasarkan jenis
morfologinya, dapat dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu:
- Paku Purba (Psilopsida)
Psilopsida (Sumber: rumus.co.id)
Jenis tumbuhan paku yang satu ini sudah jarang dutemui karena sebagian besar jenisnya telah punah. Tumbuhan paku ini belum mempunyai daun dan akar, serta batangnya bercabang seperti garpu dan sporangiumnya terdapat pada ujung cabangnya. Tingginya 30 cm – 1 m. Memiliki rizom yang dikelilingi rizoid.
Namun
ada beberapa pengecualian terhadap paku-paku purba yang telah memiliki daun.
Ciri-cirinya yaitu, daunnya berukuran kecil dan seperti sisik, batangnya bercabang, berklorofil, dan sudah memiliki pembuluh angkut untuk mengangkut air dan garam mineral. Sporangium dibentuk di ketiak ruas batang, gametofit tersusun dari sel-sel yang tidak
Ciri-cirinya yaitu, daunnya berukuran kecil dan seperti sisik, batangnya bercabang, berklorofil, dan sudah memiliki pembuluh angkut untuk mengangkut air dan garam mineral. Sporangium dibentuk di ketiak ruas batang, gametofit tersusun dari sel-sel yang tidak
berklorofil.
Jenis
paku yang termasuk Psilopsida, antara lain Rhynia (paku tidak berdaun)
yang telah memfosil. Psilopsida yang saat ini masih hidup di bumi, yaitu Tmesipteris,
ditemukan tumbuh di kepulauan Pasifik. Sementara Psilotum tumbuh di
daerah tropis dan subtropics
Contoh : Rhynia (paku tidak berdaun) yang telah
memfosil, Tmesipteris dan Psilotum.
- Paku kawat (Lycopsida)
Disebut juga club moss (lumut gada) atau ground pine (pinus
tanah). Tumbuhan paku dengan bentuk daun yang mirip rambut dengan batang
seperti kawat sehingga sering dikenal sebagai paku kawat. Paku kawat saat ini
sudah menjadi fosil atau endapan batubara.
Saat zaman purba, paku kawat rata-rata berukuran 3 m dan
hidup di rawa-rawa. Paku kawat punah saat rawa-rawa tersebut kering Paku kawat
yang berukuran kecil masih bisa bertahan hidup sampai sekarang dan hidup di
hutan-hutan tropis, di tanah atau epifit di kulit pohon, tetapi tidak bersifat
parasit. Sporofit tersusun dari sel-sel yang mengandung klorofil dan memiliki
daun seperti rambut atau sisik. Batang berbentuk seperti kawat. Gametofit
berukuran kecil dan tidak berklorofil. Makanan diperoleh dari hasil bersimbiosis
dengan jamur.
Contoh
: paku tanduk rusa, Lycopodium clavatum.
3. Paku ekor kuda (Sphenopsida atau Equisetopsida)
Sphenopsida
disebut paku ekor kuda (horsetail) karena memiliki percabangan batang
yang khas berbentuk ulir atau lingkaran sehingga menyerupai ekor kuda.
Habitatnya di tempat berpasir. Sporofitnya berdaun kecil (mikrofil) atau
berbentuk sisik, warnanya agak transparan dan tersusun melingkar pada batang.
Batang Sphenopsida berongga dan beruas-ruas seeperti cemara. Biasanya sering
ditemukan di dataran tinggi.
Gametofit
paku ekor kuda berukuran kecil (hanya beberapa milimeter) dan mengandung
klorofil sehingga dapat berfotosintesis. Gametofit ada yang menghasilkan alat
kelamin jantan (anteridium), ada pula yang menghasilkan alat kelamin betina
(arkegonium). Gametofit jantan tumbuh dan spora jantan, sedangkan gametofit
betina tumbuh dari spora betina.
Contoh
: Selenginella
sp, dan paku ekor kuda.
- Paku sejati (Pteropsida)
Adiantum (Sumber:
wikipedia.com)
Tumbuhan
paku yang sering ditemui yang biasanya disebut dengan tumbuhan pakis di
berbagai habitat terutama di tempat yang lembap. Pteropsida hidup di tanah, di
air, atau epifit di pohon. Pteropsida yang hidup di hutan hujan tropis sangat
beraneka ragam jenisnya, namun Pteropsida juga ditemukan di daerah beriklim
sedang (subtropis).
Sporofit
Pteropsida memiliki akar, batang, dan daun. Ukuran batang bervariasi; ada yang
kecil dan ada pula yang besar seperti pohon. Batangnya berada di bawah
permukaan tanah (rizom).
Daun
Pteropsida berukuran lebih besar dibanding kelompok tumbuhan paku lainnya. Pada
umumnya daun berbentuk lembaran, berukuran besar (makrofil), dan majemuk
(terbagi menjadi beberapa lembaran), dengan tulang daun bercabang-cabang. Daun
yang masih muda menggulung (circinate). Pteropsida memiliki sporofil
(daun yang menghasilkan spora) dan tropofil (daun untuk fotosintesis dan tidak
mengandung spora). Pada sporofil terdapat sporangium yang terkumpul di dalam
sorus di bawah permukaan daun.
Pada
Pteropsida yang hidup di air, sporangium terkumpul alam sporokarp.Gametofit
Pteropsida memiliki klorofil, dengan ukuran yang bervariasi (disebut juga
protalium). Gametofit bersifat bigeneratif atau unigeneratif.
Terdapat
sekitar 12.000 spesies Pteropsida, antara lain Adiantum fimbriatum,
Asplenium nidus, dan Marsilea crenata.
Manfaat Tumbuhan Paku
- Tanaman hias. Dalam kehidupan tanaman paku banyak digunakan sebagai tanaman hias. Misalnya; Adiantum (suplir), Platycerium (paku tanduk rusa), Asplenium (paku sarang burung), Nephrolepis, Alsophoila (paku tiang) dan lainnya.
- Pupuk hijau. Contoh tumbuhan paku yang dapat dijadikan sebagai pupuk hijau yaitu Azolla pinata yang bersimbiosis dengan Anabaena Azolle (alga biru) yang dapat mengikat gas N2 bebas.
- Sayuran. Orang terdahulu sering menggunakan tumbuhan paku sebagai bahan sayuran diantaranya yaitu Marsilea (semanggi), dan Pteridium aquilinum (paku garuda).
- Obat-obatan. Tumbuhan paku dapat dijadikan sebagai obat luka yaitu Selanginella dan sebagai obat deuretik yaitu paku kuda (Equisetum) dan Dryopteris untuk obat cacing pita.
- Bahan pembuatan petasan yaitu dengan bantuan spora Lycopodium sp.
Daftar Pustaka
- Mutsani, Hatsbi. 2019. Tumbuhan Paku (Pteridophyta). Diakses pada 22Oktober 2019. Dari https://www.biologi.co.id/tumbuhan-paku-pteridophyta-pengertian-klasifikasi-reproduksi-jenis-dan-manfaatnya-terlengkap/
- Polunin, Nicholas.1960. Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun, Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
- Tim dosen biologi UPI. Pteridophyta. Bandung: file upi.edu
- Tjitrosoepomo, Gembong. 1994. Taksonomi Tumbuhan Obat-Obatan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
- "https://www.youtube.com/embed/E1SMOHrJE0Q" PTERIDOPHYTA