Blogger templates

Selasa, 22 Oktober 2019

PTERIDOPHYTA


Pteridophyta berasal dari bahasa Yunani. Pteridophyta diambil dari kata pteron yang berarti sayap, bulu dan phyta yang berarti tumbuhan. 

Pteridophyta merupakan tumbuhan paku yang menghasilkan spora dan umumnya mempunyai susunan daun yang membentuk bangun sayap serta pada bagian pucuk tumbuhan itu terdapat bulu-bulu. 

Tumbuhan paku ini bisa ditemukan hidup di tempat yang lembab (higrofit), hidup di air (hidrofit) maupun menempel pada pohon lainnya (epifit). 

Pteridophyta tidak dapat menghasilkan biji dalam proses seksualnya, melainkan mereka juga akan melepaskan spora sebagai alat penyebarluasan atau perkembangbiakannya.



Ciri-Ciri Umum
  • Termasuk tumbuhan kormus berspora yang artinya dapat dibedakan antara akar, batang dan daun. 
  • Bersifat autrotrof
  • Bersama dengan kelompok tumbuhan berbunga dikelompokkan menjadi Tracheophyta.
Menghasilkan spora homosopora (bentuk dan ukuran spora sama) dan heterospora (bentuk dan ukuran spora tidak sama).
  • Sayap daun(menyirip) dan pada bagian pucuk terdapat bulu-bulu. Daun mudanya membentuk gulungan atau melingkar.
  • Terdapat pergiliran keturunan antara generasi gametofit dan sporofit. Generasi sporofit hidup dominan, generasi gametofit berukuran kecil (diameter + 1 cm) dan disebut protalium yang menghasilkan sel telur dalam arkegonium dan anterozoid dalam anteridium.


Morfologi


Struktur Pteridophyta (Sumber: malekbio.blogspot.com)

Batangnya bercabang-cabang, ada yang berkayu serta mempunyai tinggi hampir 2 meter. Sudah memiliki urat-urat daun, ada juga yang tidak berdaun atau daun serupa sisik. Rhizoidnya sudah berkembang menjadi bentuk akar yang sebenarnya. Sudah memiliki berkas pembuluh (xylem dan floem) dengan tipe radial atau konsentris.

Bentuk daun pada tumbuhan paku muda dan dewasa berbeda. Pada tumbuhan paku muda daun akan menggulung, sedangkan pada tumbuhan paku dewasa daunnya dapat dibedakan menjadi :

  • Trofofil : Daun khusus untuk fotosintesis dan tidak mengandung spora.
  • Sporofil : Daun penghasil spora.
  • Trofosporofil : Dalam satu tangkai daun, anak-anak daun ada yang menghasilkan spora dan ada yang tidak ada spora.
Spora pada tumbuhan paku dihasilkan oleh sporangium. Sporangium pada tumbuhan paku bermacam-macam, antara lain adalah sebagai berikut :
  • Sorus : Sporangia dalam kotak sporangia terbuka atau berpenutup (insidium). Letak sori pada setiap bangsa tumbuhan paku berbeda. 
  • Strobilus : Sporangia membentuk suatu karangan bangun kerucut bersama sporofilnya.
  • Sporokarpium : Sporangia dibungkus oleh daun buah (karpelum).


Habitat

Tumbuhan paku ada yang hidup sebagai saprofit dan ada pula yang epifit. Paku menyukai tempat lembab (higrofit), daerah tumbuhnya mulai dari pantai (paku laut) sampai sekitar kawah-kawah (paku kawah).


Reproduksi

Tumbuhan paku pada umumnya mempunyai daur hidup dengan perselangan dua generasi :

  • Generasi Aseksual.
    Generasi ini menghasilkan spora yang tersimpan dalam kotak spora (sorus). Generasi aseksual ini disebut generasi sporofit
  • Generasi Seksual.Tumbuhan paku ini tergolong gametofit yang berasal dari sporofit, sehingga gametofit ini bersifat haploid. Gametofit ini akan membentuk gamet jantan (anterozoid) dan gamet betina (sel telur). Generasi seksual ini disebut generasi  gametofit.
     


Siklus Hidup


Siklus hidup tumbuhan paku (Sumber : amongguru.com)



Mari kita simak video berikut!!
                   

        




KLASIFIKASI

Tumbuhan paku (Pteridophyta) dapat digolongkan berdasarkan spora dan morfologi. Berikut penjelasan dari masing-masing jenis tumbuhan paku.

Tumbuhan paku berdasarkan jenis spora, yaitu dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu:
  1. Paku homospora
    Paku homospora merupakan jenis tumbuhan paku yang hanya dapat menghasilkan satu jenis spora saja. Misalnya yaitu paku kawat, dan suplir.
  2. Paku heterospora
    Jenis paku heterospora merupakan jenis tumbuhan paku yang menghasilkan dua jenis spora yang berbeda. Misalnya yaitu paku rane dan semanggi.
  3. Paku peralihan
    Paku peralihan merupakan jenis yang ketiga dimana jenis ini menghasilkan spora dengan jenis dan ukuran yang sama, namun jenis kelaminnya berbeda. Jenis tumbuhan paku ini yaitu peralihan dari tumbuhan paku homospora dan heterospora. Misalnya adalah paku ekor kuda.
Tumbuhan paku berdasarkan jenis morfologinya, dapat dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu:

  1. Paku Purba (Psilopsida)


Psilopsida (Sumber: rumus.co.id)

Jenis tumbuhan paku yang satu ini sudah jarang dutemui karena sebagian besar jenisnya telah punah. Tumbuhan paku ini belum mempunyai daun dan akar, serta batangnya bercabang seperti garpu dan sporangiumnya terdapat pada ujung cabangnya. Tingginya 30 cm – 1 m. Memiliki rizom yang dikelilingi rizoid.

Namun ada beberapa pengecualian terhadap paku-paku purba yang telah memiliki daun.
Ciri-cirinya yaitu, daunnya berukuran kecil dan seperti sisik, batangnya bercabang, berklorofil, dan sudah memiliki pembuluh angkut untuk mengangkut air  dan garam  mineral. Sporangium dibentuk di ketiak ruas batang, gametofit tersusun dari sel-sel yang tidak 
berklorofil.

Jenis paku yang termasuk Psilopsida, antara lain Rhynia (paku tidak berdaun) yang telah memfosil. Psilopsida yang saat ini masih hidup di bumi, yaitu Tmesipteris, ditemukan tumbuh di kepulauan Pasifik. Sementara Psilotum tumbuh di daerah tropis dan subtropics
Contoh :  Rhynia (paku tidak berdaun) yang telah memfosil, Tmesipteris dan Psilotum.
  1. Paku kawat (Lycopsida)
Platycerium / Paku tanduk rusa (Sumber : dokumen pribadi)

Disebut juga club moss (lumut gada) atau ground pine (pinus tanah). Tumbuhan paku dengan bentuk daun yang mirip rambut dengan batang seperti kawat sehingga sering dikenal sebagai paku kawat. Paku kawat saat ini sudah menjadi fosil atau endapan batubara.

Saat zaman purba, paku kawat rata-rata berukuran 3 m dan hidup di rawa-rawa. Paku kawat punah saat rawa-rawa tersebut kering Paku kawat yang berukuran kecil masih bisa bertahan hidup sampai sekarang dan hidup di hutan-hutan tropis, di tanah atau epifit di kulit pohon, tetapi tidak bersifat parasit. Sporofit tersusun dari sel-sel yang mengandung klorofil dan memiliki daun seperti rambut atau sisik. Batang berbentuk seperti kawat. Gametofit berukuran kecil dan tidak berklorofil. Makanan diperoleh dari hasil bersimbiosis dengan jamur.
Contoh : paku tanduk rusa, Lycopodium clavatum.

3.      Paku ekor kuda (Sphenopsida atau Equisetopsida)


Selenginella sp. (Sumber: blackjungleterrariumsupply.com)

Sphenopsida disebut paku ekor kuda (horsetail) karena memiliki percabangan batang yang khas berbentuk ulir atau lingkaran sehingga menyerupai ekor kuda. Habitatnya di tempat berpasir. Sporofitnya berdaun kecil (mikrofil) atau berbentuk sisik, warnanya agak transparan dan tersusun melingkar pada batang. Batang Sphenopsida berongga dan beruas-ruas seeperti cemara. Biasanya sering ditemukan di dataran tinggi.
Gametofit paku ekor kuda berukuran kecil (hanya beberapa milimeter) dan mengandung klorofil sehingga dapat berfotosintesis. Gametofit ada yang menghasilkan alat kelamin jantan (anteridium), ada pula yang menghasilkan alat kelamin betina (arkegonium). Gametofit jantan tumbuh dan spora jantan, sedangkan gametofit betina tumbuh dari spora betina.
Contoh :  Selenginella sp, dan paku ekor kuda.

  1. Paku sejati (Pteropsida)

Adiantum (Sumber: wikipedia.com)

Tumbuhan paku yang sering ditemui yang biasanya disebut dengan tumbuhan pakis di berbagai habitat terutama di tempat yang lembap. Pteropsida hidup di tanah, di air, atau epifit di pohon. Pteropsida yang hidup di hutan hujan tropis sangat beraneka ragam jenisnya, namun Pteropsida juga ditemukan di daerah beriklim sedang (subtropis).

Sporofit Pteropsida memiliki akar, batang, dan daun. Ukuran batang bervariasi; ada yang kecil dan ada pula yang besar seperti pohon. Batangnya berada di bawah permukaan tanah (rizom).
Daun Pteropsida berukuran lebih besar dibanding kelompok tumbuhan paku lainnya. Pada umumnya daun berbentuk lembaran, berukuran besar (makrofil), dan majemuk (terbagi menjadi beberapa lembaran), dengan tulang daun bercabang-cabang. Daun yang masih muda menggulung (circinate). Pteropsida memiliki sporofil (daun yang menghasilkan spora) dan tropofil (daun untuk fotosintesis dan tidak mengandung spora). Pada sporofil terdapat sporangium yang terkumpul di dalam sorus di bawah permukaan daun. 

Pada Pteropsida yang hidup di air, sporangium terkumpul alam sporokarp.Gametofit Pteropsida memiliki klorofil, dengan ukuran yang bervariasi (disebut juga protalium). Gametofit bersifat bigeneratif atau unigeneratif.
Terdapat sekitar 12.000 spesies Pteropsida, antara lain Adiantum fimbriatum, Asplenium nidus, dan Marsilea crenata.



Manfaat Tumbuhan Paku
  1. Tanaman hias. Dalam kehidupan tanaman paku banyak digunakan sebagai tanaman hias. Misalnya; Adiantum (suplir), Platycerium (paku tanduk rusa), Asplenium (paku sarang burung), Nephrolepis, Alsophoila (paku tiang) dan lainnya.
  2. Pupuk hijau. Contoh tumbuhan paku yang dapat dijadikan sebagai pupuk hijau yaitu Azolla pinata yang bersimbiosis dengan Anabaena Azolle (alga biru) yang dapat mengikat gas N2 bebas. 
  3. Sayuran. Orang terdahulu sering menggunakan tumbuhan paku sebagai bahan sayuran diantaranya yaitu Marsilea (semanggi), dan Pteridium aquilinum (paku garuda).
  4. Obat-obatan. Tumbuhan paku dapat dijadikan sebagai obat luka yaitu Selanginella dan sebagai obat deuretik yaitu paku kuda (Equisetum) dan Dryopteris untuk obat cacing pita.
  5. Bahan pembuatan petasan yaitu dengan bantuan spora  Lycopodium sp.



Daftar Pustaka